Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu.( Yohanes 15 : 16 )

Wednesday, February 29, 2012

MEMBERI

Rockefeller, pada usia 60 tahun menderita kanker diperutnya, dan dokter berkata bahwa tiga bulan lagi ia akan meninggal dunia. Ia lalu berkata, “Buat apa kekayaanku yang bermiliar-miliar, dan buat apa rumah-rumahku yang mewah.” lalu, ia datang kepada Tuhan dan berjanji, “Tuhan, dahulu saya hanya mencari uang, tetapi sekarang saya mau memberi.” 


Kemudian, ia mulai membangun rumah sakit Kristen, memberikan uangnya kepada hamba-hamba Tuhan yang pergi menginjil di Afrika, dan mengirim utusan-utusan Injil. Ia berkata bahwa sebelum ia meninggal dunia, ia mau memberi dahulu supaya dapat meninggalkan hal-hal yang baik. Tetapi, setelah 3 bulan ia tetap hidup, justru malah ia merasa semakin sehat. Lalu, ia pergi memeriksakan diri kepada dokter dan dokter berkata bahwa kanker itu telah lenyap. Puji Tuhan, ia sembuh bukan karena di doakan oleh pendeta, melainkan karena memberi. Dari mana datangnya kanker?Dari sifat yang kikir. Dari mana datangnya kesembuhan? Dari suka memberi.

Memberi bukanlah berarti hanya dalam bentuk uang. Banyak orang yang salah paham, dan jika ada seorang pendeta yang berkotbah mengenai memberi dikatakan ia mata duitan. Memberi tidak hanya berarti memberi uang, tetapi juga bisa berupa kasih, perhatian, waktu, tenaga, pikiran, dan sebagainya.
Sumber: secangkir sup 6 bagi jiwa anda (Timotius Adi Tan)

Uang Kembalian Terlalu Banyak


Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, mengenai seorang pendeta Inggris yang cukup dikenal dan dihormati. Pada suatu ketika, pendeta itu pergi dengan mempergunakan bus listrik pagi-pagi sekali dari rumahnya di pinggiran kota menuju gerejanya yang terletak di pusat kota London. Pada waktu ia hendak membayar ongkos kepada sopir bus, pikirannya sudah dipenuhi dengan kesibukan akan kegiatannya yang besar. Baru setelah ia duduk, disadarinya bahwa sopir tersebut sudah memberikan kepadanya uang kembalian yang terlalu banyak. Ketika ia menimang-nimang uang kelebihan itu, pikiran yang pertama yang muncul adalah,”O betapa luar biasanya Allah menyediakan uang ini untukku!”
Tetapi, semakin lama ia duduk disana, semakin tidak tenanglah hatinya. Karena sudah mendekati gedung gereja tempat ia melayani, ia mendekati si sopir dan berkata,”Ketika saya naik, rupa-rupanya anda memberi saya kembalian terlalu banyak.”
Si sopir itu dengan tersenyum dan berkata,” Bukan ketidaksengajaan sama sekali. Pendeta tentunya ingat kemarin saya hadir di kebaktian yang bapak pimpin, dan saya mendengar kotbah bapak mengenai hal kejujuran. Oleh karena itu, saya berpikir untuk menguji bapak.”
Kelemahlembutan hati adalah kesediaan seseorang untuk dibentuk oleh Tuhan.

Tamu Atau Pemilik Rumah


Seorang gubernur negara bagian Amerika Serikat pernah berjumpa dengan seorang Kristen yang menurutnya "memiliki sesuatu yang berbeda," padahal mereka sama-sama Kristen. Usut punya usut, sang gubernur menduga bahwa mungkin karena mereka berbeda denominasi.
Dalam diskusi mereka, sang gubernur berkata,"Jika Anda mau datang ke rumah, saya akan menerima Anda sebagai tamu kehormatan. Anda boleh menikmati apa saja yang ada di rumah saya, tapi Anda tidak berhak mengatur apa pun karena Anda tetap hanya seorang tamu yang tidak memiliki kunci rumah saya. Kecuali jika saya mengalihkan hak milik atas rumah ini kepada Anda maka saya akan menurut apa saja yang harus diperbuat di rumah ini sesuai petunjuk-petunjuk Anda." 
Mendengar itu, orang Kristen tadi menyahut, "Itulah bedanya Anda dan saya. Saya telah menyerahkan kunci rumah hati saya kepada Yesus. Sedangkan Anda hanya mengundang Dia sebagai seorang tamu."
Tatkala sang gubernur bertanya apa yang mesti dilakukan, rekan seiman tadi menjawab,"Yang perlu dilakukan hanyalah meminta Dia untuk menjadi pemilik rumah hati Anda." Sang gubernur pun mengikuti petunjuk tersebut dan sejak itu ia mengizinkan Tuhan bertahta dan mengatur setiap detail dalam hidupnya.
Saat kita diselamatkan, Allah ingin agar kita juga mengalami kuasa dan hadirat-Nya setiap hari, serta melihat bagaimana Dia bekerja dalam kehidupan kita. Hanya ada satu syarat, yakni asal kita mau menyerahkan kunci rumah hati kita kepada-Nya.  akhir february  di  gading serpong

Semut Dan Belalang


Di sebuah kelas sekolah dasar seorang guru memberikan tugas kepada murid-muridnya tentang menulis kreatif. Guru tersebut bercerita tentang semut dan belalang. “Semut berkerja keras selama musim panas dan mengumpulkan persediaan makanan. Tetapi belalang bermain selama musim panas dan tidak bekerja. Kemudian musim dingin datang. Belalang mulai kelaparan karena tidak memiliki makanan. Jadi dia datang ke rumah semut dan mengemis. 'Semut, tolonglah saya, berilah saya makanan.' Nah anak-anak, tugas kalian adalah menulis akhir cerita tersebut.”

Mark, salah satu muridnya mengangkat tangan, "Guru, bolehkan saya menggambar?"
"Tentu saja, kamu boleh menggambar. Tetapi kamu harus menulis akhir cerita itu dulu." Kertas-kertas dikumpulkan. Kebanyakan murid menulis bahwa Semut membagi makanannya selama musim dingin dan baik semut maupun Belalang bertahan hidup.

Beberapa anak menulis, 'Semut itu berkata, "Tidak, Belalang. Kamu seharusnya bekerja selama musim panas dan tidak bermain-main. Sekarang, saya hanya memiliki cukup makanan untuk diri saya sendiri." Jadi Semut itu hidup dan belalang meninggal.

Tetapi Mark mengakhiri cerita dengan cara yang sangat berbeda. Dia menulis, "Jadi Semut itu memberikan semua dari makanannya kepada Belalang; Belalang melalui musim dingin itu dan hidup. Tetapi sang Semut meninggal." Di dasar halaman, Mark menggambar tiga salib. "Dia memberikan segalanya untuk kita supaya kita beroleh hidup."

Yesus mati agar kita hidup. Yesus hidup agar kita selamat. (Anonim)sumber: www.glorianet.org      , akhir february from the desk at  gading serpong